Weekly post

  • Posted by : Unknown June 15, 2014

    Memasuki abad ke-21, dunia teknologi berkembang cukup pesat. Hampir setiap bulan–atau mungkin setiap minggu, kita dapat mendengar hal terbaru dari dunia teknologi. Sudah bukan pemandangan langka lagi melihat orang berlalu-lalang dengan kepala tertunduk, fokus dengan gadget masing-masing.


    tumblr_ml98n7Jalg1r2nwaao1_500

    Mungkin, kita terbiasa dengan hal seperti itu. Tapi tak jarang juga ada orang yang terganggu dan mulai menyalahkan gadget. Kata-kata seperti, “autis”, “kecanduan”, dan “anti-social” pun jadi sering terlontar dari mulut orang-orang yang menolak kehadiran teknologi abad ini.
    Aku tidak bisa menyalahkan mereka–aku juga tidak tahu akan  berada di kategori orang yang sibuk dengan gadget-nya atau orang yang menentangnya. Jujur saja, di sisi lain aku cukup prihatin dengan generasi sekarang. Semuanya terkurung di rumah masing-masing, bagaikan di perbudak oleh gadget mereka. Jarang sekali aku melihat sekumpulan anak yang berlarian di taman, atau memainkan alat tradisional di tambah dengan tawa khas mereka. Tapi, sebaliknya aku juga termasuk orang yang selalu menge-check ponsel setiap tiga menit sekali. Rasanya, bila aku tidak melihat pesan terbaru dari grup whatsapp atau google, aku seperti ketinggalan kabar terbaru.
    Aku sudah lama bercengkrama dengan dunia internet. Awalnya, hanya untuk bermain games online saja, namun kemudian mulai merambah ke social media dan juga blog. Rasanya, mengarungi dunia internet cukup seru dan mengasyikkan–aku belajar banyak, bahkan rasanya kosakata bahasa Inggris ku bertambah pesat. Internet memiliki segalanya yang kita butuhkan, walaupun juga memiliki sisi negatif yang dapat menjerumuskan orang itu sendiri.
    Yah,
    Seperti hal nya sekarang ini. Dampak negatif internet sudah mulai menguasai dunia. Tidak, kita tidak bisa menyalahkan dunia internet sepenuhnya. Tanpa maraknya gadget saat ini, internet tidak akan mudah menyebar begitu saja. Dunia teknologi berperan besar atas segala dampak buruk ini.
    Mungkin beberapa tahun dari sekarang, kita bisa melupakan sosok buku, majalah dan koran. Tidak ada lagi kantor-kantor percetakan–sosok buku sudah tergantikan oleh internet. Mungkin nanti, anak-cucu kita tidak akan pernah tahu bagaimana serunya berlarian di padang rumput yang luas, meneriakkan suatu kata di lembah gema, atau bermain permainan tradisional.
    Saat pertengahan abad-21, menurut pemikiranku tidak akan ada lagi sekolah–atau mungkin profesi guru. Semuanya dapat mengambil kelas hanya dengan menatap layar gadget mereka masing-masing. Oke, mungkin terdengar mudah dan praktis–aku rasa juga tidak membuang banyak waktu. Tapi, bukankah populasi autis dan kecanduan makin bertambah pesat? Kita tidak akan pernah tahu, apakah sahabat-sahabat kita akan tergantikan dengan mudah oleh gadget-gadget ini.
    Aku takut.
    Aku cemas dengan perkembangan dunia.
    Rasanya bodoh sekali, anak yang bercita-cita menjadi duta UNICEF sepertiku, yang bermimpi untuk menolong seluruh anak dan kaum wanita di dunia, dapat terjerumus dengan mudah oleh teknologi seperti sekarang ini.
    Aku rindu masa-masa bermain di taman.
    Aku rindu saat kita dapat berteriak dengan leluasa, bukan malah menekan caps-lock dan mengetik, “AAAAA” sebanyak mungkin.
    Oke, mungkin tanpa fasilitas internet dan juga ponsel ku, aku tidak bisa membuat post seperti ini. Aku hanya anak remaja bodoh yang sedang khawatir–perasaannya masih terombang-ambing dan dapat berubah kapanpun itu. Tapi kumohon, mengertilah. Aku tidak ingin melihat makin banyak anak yang autis, kecanduan dan jadi anti-social sepertiku. Jangan tiru aku! Aku adalah pengaruh buruk bagi dunia, dan sekarang aku sedang berusaha untuk mengurangi ketergantunganku pada gadget ataupun internet.
    Ayo, kita sama-sama membuat orang mengangkatkan kepalanya dan meninggalkan gadget mereka di rumah. Banyak moment indah terlewatkan hanya karena kecanduan kita pada internet dan gadget. Mungkin saja, hidup kita dapat menjadi lebih baik dengan perubahan ini. Tidak, bukan berarti aku ingin mencegah perkembangan teknologi. Kita harus mendukung pakar-pakar itu dalam membuat teknologi yang lebih baik–yang bisa membantu kita di saat terdesak. Sekali-sekali, kita dapat memainkan gadget, tapi sebaiknya tidak saat berkumpul dengan orang lain agar kita tidak melupakan cara bersosialisasi.
    Ayo buat dunia menjadi lebih baik lagi!
    Anak yang bercita-cita menjadi duta UNICEF, karena terinspirasi oleh Tetsuko Kuroyanagi (Totto-Chan) :
    Alya Namira Nasution (asiazumi/RealNamira)
    (N.B : Kalau kau pernah membaca post serupa dari situs wordpress, itu adalah post milikku. Aku sudah menyertakan nama-ku di akhir post, jadi jangan menuduhku, dan bilang kalau post ini hanyalah copy-paste belaka. Terimakasih.)

    0 comments

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    W O R L D Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan